Malam ini masih seperti biasanya,
aku menekuri tempat tidurku yang tidak seberapa luasnya. Teringat pesan Ibu
yang selalu wanti-wanti kepadaku agar aku segera menikah diusia yang menurut
beliau sangat pas untuk berumah tangga, 25. Ibu, tak tahukah engkau bahwa aku
juga sangat menginginkannya. Keinginan menikah muda sudah ada dalam diriku
sejak usia 20 tahun. Dan ternyata target menikahku melenceng dan tidak tepat
pada apa yang telah kurencanakan jauh sebelumnya. Aku masih saja melajang. Aku
belum menemukan seseorang yang sungguh sangat berarti. Kadang aku bingung
dengan semua ini. Anak tetanggaku yang baru kelas dua SMP sudah menikah karena
hamil duluan. Sedangkan aku, jangankan hamil, pria yang mengajakku menikah saja
belum ada.
‘tidak usah pilih-pilih soal
pasangan, yang penting seiman’ begitu kalimat yang selalu digelontorkan Ibu
padaku. Aku tidak pernah mengiyakan ataupun membantahnya. Ibu, aku tidak pernah
pilih-pilih, namun mungkin aura daya tarikku telah lenyap di mata mereka para
pria. Digantikan oleh gadis-gadis muda berusia belasan dan bertampang ala girl
band korea yang memuakkan.
Aku berjalan ke dapur dan
menyeduh kopi untuk yang kesekian kalinya. Kembali sibuk melamun tentang semua
hal yang terjadi pada diriku. Apa iya packagingku kurang mantap??. Aku sudah
berbusana mahal dan harum, tentu saja. Pikiranku melayang kepada dua orang
tukang becak yang sibuk berdebat tentang buruknya perpolitikan Indonesia. Iseng
aku mencuri dengar pembicaraan mereka. Mereka bilang, seandainya saja mereka
tidak tinggal di Indonesia, mungkin saja kehidupan mereka jauh lebih baik. Aku tidak
habis pikir, kenapa mereka bisa membayangkan seperti itu. Sudahlah itu pikiran
mereka, bukan aku.
Sms masuk untuk yang kesekian
kalinya di pagi ini. Ada enam pesan yang belum kubaca. Pasti dari salah seorang
teman kerjaku dan mungkin saja salah satunya pasti dari Ibu. Itu pasti. Kubuka listnya
dan terdapat sms dari Ibu. ‘Assalamualaikum adek, sudah bangun?? Kapan nih Ibu
dikenalin sama pacarnya??’ Nada smsnya memang halus, tapi tetap saja berujung ke arah ‘pria’.
Oh iya, beberapa hari yang lalu
aku mengenal seorang teman dari jejaring sosial, facebook. Agak norak sih
sebenarnya mengenal orang dari facebook. Kesannya memang seperti aku sangat
tidak laku. Padahal sebenarnya tampangku tidak terlalu buruk. Paling tidak, aku
masih bisa menggaet kepala divisi dikantorku yang urakan itu. Urakan tidak
penting, yang penting dia pria dan bertanggung jawab. Ups, begitu simplekah??
Tidak, dia harus berpenghasilan lebih besar dariku, berpotongan celana yang
elegan, kemeja mahal dan tentu saja wangi. Oh iya, dia juga harus punya dua
kartu debet dan lima kartu kredit di dompetnya. ATM?? Tentu saja dia harus
punya, paling tidak ada empat buah nama bank ternama yang tertera di cover
ATMnya. Cash?? Harus, tidak mungkin sekali saat kita makan disalah satu food
court dan tidak ada penyedia layanan kartu kredit dan dia sama sekali tidak
punya cash, dia berucap, ‘sayank, pake duit kamu dulu ya, aku nggak ada cahs
nih’. OMG ini tidak boleh terjadi, reputasiku bisa turun dimata teman-teman. Bagaimana
tidak seorang ‘aku’, harus bayarin makan yang jumlahnya hanya seratus lima
puluh ribu. Hmmmm, harus ada setidaknya dua juta rupiah dikantongnya. Mengantarku
ke salon, dan tentu saja, tongkrongan roda empatnya dia minimal adalah Range
Rover.
Tuhanku, terlalu tinggikah
impianku terhadap seorang laki-laki?? Tidak aku harus menurunkan standar level
pria impianku. Pintar dan Sederhana. Dua kata yang bisa saja menyulap seorang
yang biasa saja menjadi seorang yang super extra ordinary.
Okay, kita kembali ke masalah
pria facebook. Jujur saja, aku tertarik dengan kepribadiannya. Menarik, cerdas,
dan sederhana. Dia punya point plus di kata menarik. Itu penting buatku. Selidik
punya selidik dia belum punya pacar. Waaaahhhh passss nih, gak usah tanya
kenapa aku bisa tahu dia udah punya pacar atau belum, yang jelas kita sangat
menikmati kencan ‘maya’ kita. Agak nggak rela sih kalau sebutannya kencan ‘maya’.
Seperti ABG labil yang sibuk tebar pesona. Tidak, aku sudah bukan ABG, dan ini juga
ada tujuannya. Sedikit menyontek tetanggaku yang sukses menikah karena kenal
suaminya via facebook. Hal itu juga bisa terjadi padaku, pasti. Facebook sekarang
buatku bukan ajang mencari teman lagi, tapi adalah ajang mencari jodoh. Wow,
terlalu ngototkah aku untuk mencari pendamping. Wadefak, peduli setan apa kata
orang.
Obrolan ringan kami mengalir,
banyak hal terjadi, banyak masalah pula yang muncul. Kami mulai memahami sisi
baik dan buruknya hubungan kami. Memahami juga seberapa dahsyat cinta kami. Kami
juga mulai mengagungkan arti kesetiaan menurut kami. Ini bagus, awal yang bagus. Aku mulai mengkotakkan namanya dan menjadi trending topic di hatiku. Terlalu naifkah??? Biarkan saja menurut orang naif, ini tidak naif buatku. Ini luar biasa buatku. Sangat luar biasa.
Ibu, aku sudah punya pria yang pantas untuk aku ceritakkan padamu. Dia, pria ini menyenangkan menurutku. Nanti saat kita sarapan pagi bareng, aku janji bakal nyeritain. Pria ini sanggup membelah seperdua malamku menjadi sekelumat cerita pendek yang menghantarkanku menuju mimpi. Pria ini yang mampu membuatku merubah-rubah suasana hatiku.
Nanti, saat aku ke kantor dan teman-temanku sibuk menanyakan siapa pria yang akan datang menjemputku, aku sudah bisa menjawab dengan pasti. Tapiiii, aku tidak mau mengekspos priaku ini. Aku cuma ingin dia menempati tempat terahasia dalam hati kecilku ini. Aku ingin menyimpannya sendiri. Aku tidak mau mempublikasikannya sebelum dia benar-benar berucap "would you be marry me??"?? Tuhanku, beri aku tanda kapan hal itu terjadi. Aku ingin bersiap-siap menyambutnya. Aku takut akan kelabakan saat hal itu mendadak terjadi. Terlalu dibuat-buatkah kondisi hatiku??Tidak, ini nyata rasaku. Hanya aku yang bisa menilai sampai sejauh mana aku menyelusupinya, aku yang tahu sampai mana titik nadir kebahagiaanku. Ini baru awal dan aku tidak ingin cepat menyudahinya. Ini proyek besar hatiku.
Ketika esok atau kapanpun akan ada senyum dibalik makna, dibalik pertanyaan klasik yang selalu menjadi momok oleh waniat seusiaku 'Kapan Kawin??'. Sebenarnya jauh di dasar hati, aku masih sangat jauh lebih beruntung ketimbang yang lain. Yang begitu meratapi kenapa sampai sekarang belum juga menikah.
Tapi buktinya sekarang, aku sudah menemukan pria yang benar-benar bisa menjanjikanku kebahagiaan.
Aku membuktikan omonganku bahwa aku wanita baik-baik dan aku juga layak mendapatkan pria terbaik yang pernah ada. Tuhanku sungguh baik kepadaku, dia tidak pernah membiarkanku berlarut-larut dalam kesendirian yang tak bertepi.
Aku sombong kali ini, aku punya pemuja rahasia yang tidak banyak orang yang tahu.Ini Duniaku, aku yang berhak menentukan. Bukan kalimat pendek taktis yang tidak berujung manis 'Kapan,, kawin???'
Seandainya kalimat itu kugelontorkan kembali padamu, kamu yang begitu menikmati hidup dan menyisakan sedikit tabungan untuk berjaga-jaga. Menyediakan setiap akhir pekan yang menyenangkan dengan memanjakan diri. Bertekad untuk tidak dipengaruhi hidupnya oleh sesosok pria yang dalam waktu sekejab bisa merubah segala duniamu. Mengurus rumah tangga, perlengkapan kerjanya dan anak juga pastinya.
Maaf, itu tidak pernah berlaku pada diriku. Aku yang kesepian, aku yang memuja arti sakral pernikahan. Aku yang merindukan riuh kecil dengkuran pria disisi kanan tempat tidurku. Aku yang mengharapkan rayuan nakal berbisik di telingaku. Aku yang menuntut hembusan nafas berpenjuru diseluruh kulit tubuhku. Dan aku yang menanti pencapaian klimaks cinta kami berdua.

Dan sekarang, aku mendongakkan kepalaku ke atas. Menantang langit, bertafakur atas nama Tuhan. Merindukan kebersamaan. Bersujud dalam doa. Merintih dalam setiap dzikir. 'Tuhanku Yang Agung, Aku Masih Setia Menanti Jodoh-Mu'.
pS :
Aku tetap merindukanmu dari Jauh
Aku tetap tegar berdiri menanti
Aku tetap bertahan walau lemah
Aku tetap kokoh walau rapuh...
Aku ingin mencintaimu kekal ANDREY
Really Love You
Tidak ada komentar:
Posting Komentar