#1 “Mungkin suatu hari nanti kita harus ngerampok bank trus
kabur ke Mexico buat seneng-seneng. Disana kita mabok.. have sex. Mabok lagi..
Have sex lagi... Kayak gitu aja tiap hari. Ntar sisa duitnya kita pake buat
naik haji deh, abis itu kita hidup lurus.. bersih.. Kamu pake jilbab ya, aku
pake peci, trus ngurus anak, mati, masuk surga.” – Radit
“Eh gmana mau masuk surga.. Duit naik haji-nya aja hasil
rampokan.” – Jani
“Aku akan kirim lagi demo tape yang pernah aku buat. Aku berharap banget bisa diterima.. Kamu sabar, ya?”
“Nanti, gaji pertamaku untuk kita pake buat jalan. Abis tu kita makan enak. Abis tu kita nonton di bioskop kayak dulu.” --Radit
Penggalan dialog itu memperkenalkan kita kepada pasangan
suami-istri yang hidup dengan hanya berlandaskan modal cinta semata, Radit dan
Jani. Mereka menjalani kehidupan sehari-harinya dengan cinta yg kuat walau
selalu dihinggapi masalah. Ditambah mereka tidak mempunyai penghasilan tetap,
dan menjalani gaya kehidupan yg tidak sehat. Pertanyaannya apakah bisa dengan
kehidupan seperti itu, mereka akan bertahan ?
Jani adalah wanita sejati. Wanita yg menganut prinsip setia
sampai mati kepada suami-nya walau sang suami tidak memberikan apa yg ia
inginkan, alih alih malah sering mengecewakannya. Jani terus berada disisi
Radit dalam keadaan apapun. Jani rela diinjak-injak harga dirinya untuk terus
berada disamping Radit. Jani rela melakukan apapun untuk menghidupi mereka
berdua. Jani sampai melawan keluarganya demi untuk Radit. Jani bahkan berkata :
hanya Radit yg bisa membuatnya bahagia untuk selamanya.
Bahagia mungkin iya. Tapi untuk selamanya ? Simak saja film
besutan sutradara spesialis genre anak muda, Upi Avianto. Film ini dengan
gamblang menceritakan pahitnya kehidupan pasangan muda dalam membina kehidupan
mereka walau dilandaskan dengan cinta yg kuat. Ternyata modal cinta saja tidak
cukup. Masih bisalah kalau cinta tetapi realistis, nah ini tidak. Mereka berdua
terkenal sangat idealis. Menjalani kehidupan dengan idealisme-nya sendiri.
Sudah pasti akan memperparah kehidupan mereka. Maka ketika di akhir cerita,
Radit akhirnya memilih untuk realistis, maka sebuah kenyataan hiduplah yg
tersaji. Ending yg sempat membuat saya merasakan ada sedikit kaca-kaca di mata
saya. Lumayan membuat terenyuh. Menyiratkan sesuatu, bahwa untuk hidup
diperlukan pengorbanan. Pengorbanan itu timbul demi cinta, walau pada akhirnya
pengorbanan itu jugalah yg akan mengalahkan cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar