Minggu, 25 Maret 2012

#'Radit dan Jani' jadi Referensi..







#1 “Mungkin suatu hari nanti kita harus ngerampok bank trus kabur ke Mexico buat seneng-seneng. Disana kita mabok.. have sex. Mabok lagi.. Have sex lagi... Kayak gitu aja tiap hari. Ntar sisa duitnya kita pake buat naik haji deh, abis itu kita hidup lurus.. bersih.. Kamu pake jilbab ya, aku pake peci, trus ngurus anak, mati, masuk surga.” – Radit

“Eh gmana mau masuk surga.. Duit naik haji-nya aja hasil rampokan.” – Jani

  #2Jani, kamu pasti kelaperan deh hidup sama aku” “Aku yakin, hidup kita pasti lebih baik”. “Jani, kamu bahagia hidup sama aku?”“kenapa kamu nanya kayak gitu?”“gpp.. kamu bahagia?”“Aku bahagia..”“Kamuharus bahagia, Jani, suatu hari nanti aku pasti bisa bikin kamu bahagia.”“Aku percaya..”

“Aku akan kirim lagi demo tape yang pernah aku buat. Aku berharap banget bisa diterima.. Kamu sabar, ya?”

“Nanti, gaji pertamaku untuk kita pake buat jalan. Abis tu kita makan enak. Abis tu kita nonton di bioskop kayak dulu.” --Radit


Penggalan dialog itu memperkenalkan kita kepada pasangan suami-istri yang hidup dengan hanya berlandaskan modal cinta semata, Radit dan Jani. Mereka menjalani kehidupan sehari-harinya dengan cinta yg kuat walau selalu dihinggapi masalah. Ditambah mereka tidak mempunyai penghasilan tetap, dan menjalani gaya kehidupan yg tidak sehat. Pertanyaannya apakah bisa dengan kehidupan seperti itu, mereka akan bertahan ?

Radit adalah seorang total loser, seorang laki-laki yg tidak bisa memperjuangkan tekadnya untuk menghidupi seorang yg sangat ia cintai demi kepentingan pribadinya. Disaat Jani menanti kejutan yg dijanjikan Radit, eh dia malah menghabiskan uangnya untuk nyuntik. Disaat Jani mendapatkan sesuatu untuk menghidupi kesehariannya bersama Radit, gara-gara hal konyol, hilanglah sesuatu itu dalam sekejap. Disaat Jani menyampaikan berita bahwa ia mengandung, Radit dengan kasar memaki-maki Jani karena dianggap sudah melacurkan diri. Dan ketika akhirnya Radit rela merendahkan dirinya untuk melakukan apa saja demi Jani, karma datang untuknya. Kesempatan membahagiakan Jani itu hilang dalam sekejap lenyap.

Jani adalah wanita sejati. Wanita yg menganut prinsip setia sampai mati kepada suami-nya walau sang suami tidak memberikan apa yg ia inginkan, alih alih malah sering mengecewakannya. Jani terus berada disisi Radit dalam keadaan apapun. Jani rela diinjak-injak harga dirinya untuk terus berada disamping Radit. Jani rela melakukan apapun untuk menghidupi mereka berdua. Jani sampai melawan keluarganya demi untuk Radit. Jani bahkan berkata : hanya Radit yg bisa membuatnya bahagia untuk selamanya.



Bahagia mungkin iya. Tapi untuk selamanya ? Simak saja film besutan sutradara spesialis genre anak muda, Upi Avianto. Film ini dengan gamblang menceritakan pahitnya kehidupan pasangan muda dalam membina kehidupan mereka walau dilandaskan dengan cinta yg kuat. Ternyata modal cinta saja tidak cukup. Masih bisalah kalau cinta tetapi realistis, nah ini tidak. Mereka berdua terkenal sangat idealis. Menjalani kehidupan dengan idealisme-nya sendiri. Sudah pasti akan memperparah kehidupan mereka. Maka ketika di akhir cerita, Radit akhirnya memilih untuk realistis, maka sebuah kenyataan hiduplah yg tersaji. Ending yg sempat membuat saya merasakan ada sedikit kaca-kaca di mata saya. Lumayan membuat terenyuh. Menyiratkan sesuatu, bahwa untuk hidup diperlukan pengorbanan. Pengorbanan itu timbul demi cinta, walau pada akhirnya pengorbanan itu jugalah yg akan mengalahkan cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar