Sore ini aku menikmati senja yang menangis dengan secangkir
kopi hitam pekat dan Rumor dengan Butiran Debunya. Bisa ditebak dengan
sekejab mata, suasana hatiku sedang bergejolak. Ya aku rindu. Rindu bagiku
adalah perpaduan kebahagiaan dan kesedihan. Kebahagiaan itu berarti,
pundi-pundi cintaku selalu bertambah untuknya. Kesedihan itu mewakili rintihan
detik yang berderit ngeri karna bergesekan dengan waktu. Berharap hari akan
segera cepat berganti menjadi pucuk tunas cintaku yang kian menggebu.
Seperti biasa, yang kulakukan adalah menghalusinasikan rindu
yang kukaitkan erat dengan cintaku. Mendominasinya dengan nada tak berirama
namun berujung pasti.
Mengukir senjaku yang sedang menangis tanpa harus patah
hati. Ini adalah hal sulit, sulit untuk menerima kenyataan bahwa kami memang
jauh. Berusaha untuk tetap tegar tanpa ada seorang pun yang tahu bahwa
sesungguhnya aku amat sangat nelangsa.
Mati-matian aku berjuang untuk menutupi gejolak rindu yang
semakin beradu cepat dengan degup jantungku.
Mati-matian aku menahan gejolak belaian lembut yang beradu
takjub penuh haru.
Sekuat tenaga aku melukis deru nafasmu yang berhembus lirih
disetiap permukaan kulitku.
Berjuang hampir mati demi membayangkan sudut sendu matamu
yang mengharapku untuk segera bertemu.
Ini cintaku, hal yang sulit kuungkapkan melalui bibir pucat
dan getar ketakutan.
Di pertengahan nafas harum lembut cintamu, kutuang cintaku
disekujur tubuhmu.
Ini kebodohan terindah yang pernah kucipta tanpa sengaja
dalam hidupku.
Setiap malam yang kulakukan adalah meniti waktu dengan harap
penuh pilu.
Malam ini aku terus membayangkan ciumanmu yang terus
menghujani setiap jengkal kulitku.
Menghitung berapa banyak sentuhan yang selalu kamu ciptakan
dibalik derai tangis penuh rindu.
Tuhanku, jangan siksa kami dengan satu kata penuh makna ini.
Cukup sulit mendeskripsikan seberapa besar rinduku untuknya.
Cukup rumit menggambarkan setiap detail rasa yang kumiliki
untuknya.
Tetap percaya aku dengan satu cinta yang kutuju.
Aku sedang berjuang untuk mewujudkannya menjadi nyata.
Aku sedang berusaha menjadikan satu kandidat utuh dalam
hidupku.
Tetaplah berlari menjemputku, aku takkan pernah pergi
kemana-mana.
Aku tetap disini, menjaga cinta yang memang perih.
Aku menikmati setiap kucuran rindumu yang beradu sendu
diakhir ucapmu.
Aku menikmati dentingan nada kita yang tak berirama, ini
nyata dan memang ada.
Entah kenapa, ragu itu semakin menghilang seiring waktu yang
terus berlari.
Berlari menjemput impian kita.
Berlari mempertemukan kita.
Berlari menghujani tubuh kita dengan rindu.
Bertahanlah untuk satu hati yang ada disini.
Berjuanglah untuk hati yang bisa dinanti ini.
Ini aku untukmu, tanpa ada niat untuk mencari sisi burukmu.
Rasaku, mengalahkan semua hal buruk yang ada padamu.
Percayalah, cintaku ini memang tak berucap,
Tapi ini pasti, takkan terbagi.
Kutunggu “kamu”
dengan hati harap penuh rindu.
Cepatlah pulang, karena peluhku telah hampir habis menikmati
rintihanmu disetiap malamku.
Aku cinta kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar